MAHASISWA ALIH JENJANG 2019

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA
Share:
UPAYA KEGIATAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DALAM KESEHATAN GIGI


                                                sumber : GAMBAR+PROMOTIF+GIGI


 Kegiatan promotif kesehatan gigi dan mulut meliputi upaya pencegahan yang dicapai oleh individu atau masyarakat yang dapat menghasilkan pemeliharaan kesehatan gigi secara optimal. Dewasa ini, usaha promotif dan preventif merupakan salah satu kegiatan yang sedang digalakan oleh dunia Kedokteran Gigi di Indonesia. Salah satu upaya promotif kesehatan gigi dan mulut adalah dengan penyuluhan. Menurut penelitian Damanik (2002), penyuluhan kesehatan gigi anak dapat menurunkan indeks plak. Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa siswa yang pernah mendapat penyuluhan dan pelatihan cara menyikat gigi yang baik dan benar, memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut termasuk sedang. Proses belajar dan pemberian informasi yang didapat melalui program penyuluhan dapat berpengaruh pada status kebersihan mulut siswa sekolah dasar. Pepatah lama islam mengatakan Kebersihan sebagian dari Iman, yang tercermin dalam bidang kesehatan gigi dan mulut melalui upaya promotif dan pencegahan. Rasulullah bersabda mengenai kebersihan termasuk menjaga kebersihan gigi dan mulut yang bisa dilakukan dengan upaya pencegahan. Hadist tersebut yang berbunyi : Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, murah hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang pada kedermawanan (HR. Tirmidzi)
Penyuluhan sebagai usaha kesehatan gigi sekolah dilakukan dengan harapan memberikan kesadaran dan perilaku kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin melalui pendidikan. Dalam proses pendidikan, media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran sehingga mudah dimengerti. Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung kemampuan dari tenaga penyuluh dapat mempermudah proses pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Menurut Herijulianti (2002), pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin kita capai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor. Secara psikologis, masa usia anak adalah transisi dalam interaksi sosial dimana terjadi perubahan figur tokoh (model) akan berpengaruh pada diri anak. Seiring dengan kemajuan teknologi memunculkan ide kreatif bagi peneliti terdahulu untuk menggunakan audiovisual sebagai salah satu media. Pemanfaatan animasi sebagai media penyuluhan dianggap memudahkan proses komunikasi dan penyampaian pesan lebih mudah diterima, karena kecenderungan anak usia sekolah untuk menonton kartun. Dalam penelitiannya, Mireille Betrancourt dan Alain Chassot yang berjudul Making Sense of Animation: How do Children Explore Multimedia Instruction mengungkapkan bahwa multimedia dalam hal ini animasi dapat memberikan instruksi kepada anak. Dalam penelitian itu juga disebutkan bahwa animasi dapat digunakan sebagai sarana pendidikan terbaik. Penggunaan animasi sebagai sarana pendidikan telah dibuktikan oleh Deny Rakhman (2007) yang meneliti tentang pengaruh penggunaan media 2
 audiovisual dalam penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor plak pada siswa kelas I-V terhadap penggunaan media audivosial. Selain media audiovisual, boneka karakter juga sering digunakan sebagai alat peraga dalam penyuluhan. Saat ini cerita narasi, boneka karakter dan tokoh kartun sangat digemari oleh anak-anak. Hal tersebut dikarenakan anak dapat menggunakan struktur dalam sebuah cerita untuk mengisi informasi, mengingat lebih baik dan menceritakan suatu hal yang relatif berkesinambungan. Memanfaatkan ketertarikan ini, Agus Billy Susanto pernah melakukan penelitian menggunakan boneka karakter dalam penyuluhan pada tahun Hasil penelitian Billy Susanto menunjukkan terdapat pengaruh penggunaan media boneka dengan tingkat pengetahuan siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penggunaan media audiovisual dan boneka memiliki pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan penurunan plak siswa sekolah dasar. Akan tetapi, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan penggunaan kedua media tersebut. Untuk itulah muncul keinginan dari peneliti untuk melihat hubungan penggunaan media animasi dengan media boneka karakter terhadap peningkatan pengetahuan dan penurunan plak siswa sekolah dasar. B. Keaslian Penelitian Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan, namun mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan promosi kesehatan gigi dan mulut serta penggunaan berbagai media yang diaplikasikan 3
dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian tersebut diantaranya : 1. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Alat Bantu Audiovisual terhadap Pengetahuan dan Skor Plak Pada Siswa Sekolah Dasar (Kajian di SD Kasihan, Desa Taman Tirto Kecamatan Kasihan, Bantul) oleh Deny Rakhman yang dilakukan pada tahun Penelitian ini membuktikan pengaruh dan efektiftas audiovisual (animasi) sebagai media penyuluhan terhadap pengetahuan kesehatan gigi mulut dan penurunan skor plak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan dengan audiovisual pada siswa SD kelas 1-5 terhadap penurunan skor plak. 2. Penelitian lainnya berjudul Efektifitas Metode Penyuluhan Teater Boneka terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Siswa Kelas III SDIT Al-Uswah Keputih Surabaya (Penelitian Studi Eksperimental) oleh Agus Billy Susanto pada tahun Dalam penelitian ini, Agus Billy Susanto menunjukkan bahwa pertunjukan teater boneka dapat digunakan sebagai alternatif media penyuluhan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa kelas 3 SD. Pertunjukkan teater boneka lebih efektif meningkatkan pengetahuan anak sampai pada tahap analisis karena sesuai dengan perkembangan anak, prinsip kognitif dan prinsip metode pembelajaran yang baru yaitu dua arah. 3. Mengacu pada penelitian tahun 2003 oleh Meiske Rusli dan Tritana Gondhoyoewono tentang Pengaruh Metode Bermain

Tidak ada komentar